Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Featured Posts

Minggu, 18 Maret 2012

Make a Story (MAKESTOR)

Sore ini keluarga Darmawan mengajaknya untuk berkunjung ke panti asuhan Kasih Bunda yang menjadi tempat dirinya diadopsi oleh keluarga Darmawan. Dengan gaya angkuhnya, dia pun berjalan menuju ruangan Ibu Hesti selaku ketua panti di yayasan ini.

“Selamat sore, Pak Darmawan,” sapa Bu Hesti sambil menjabat tangan pak Darmawan.
“Sore, Bu Hesti,” balas pak Darmawan tak kalah ramahnya dengan Bu Hesti.
“Bu Darmawan dan Ceila juga ikut juga, ya?” ujar bu Hesti sambil melempar senyuman bahagianya pada Bu Darmawan dan Ceila. Bu Darmawan pun membalas senyuman Bu Hesti dan segera memeluknya, sementara Ceila hanya tetap terdiam ditempatnya sambil melempar senyum sinisnya pada Bu Hesti.

“Astagfirullah, ada apa dengan Ceila?” batin Bu Hesti dan sempat terdiam memperhatikan sosok Ceila yang telah berubah.
“Oh…iya sampai lupa, mari silahkan duduk semuanya!” ujar Bu Hesti mempersilahkan tamu istimewa di yayasan yang saat ini dia kelola. Pak Darmawan ini selain bersedia mengadopsi Ceila, beliau ini juga seorang donatur yang paling banyak memberikan suntikan dana untuk kemajuan panti asuhan Kasih Bunda.

Di episode kali ini, kita akan membuat kisah seorang Ceila yang bagaikan kacang lupa dengan kulitnya, sikapnya berubah semakin tak terarah, mungkin para IWU Addict bisa membubuhi ceritanya dengan berbagai konflik masalah, bisa jadi si tokoh utama ini dibuat menjadi seorang yang terjerumus pergaulan bebas remaja, atau bisa jadi juga IWU Addict menceritakan alasan dari si tokoh utama kenapa jadi berubah? Apa ada sesuatu di masa lalunya yang juga mempengaruhi perubahannya?

Yuk, kita lihat lanjutan cerita Ceila yang dibuat oleh para IWU Addict!

Josephine Octavia
"Hai, Ceila!" Tiba-tiba seorang gadis berkulit hitam memeluk Ceila erat.
"Apa-apaan sih lo?!" Ceila melepaskan pelukan gadis itu dengan kasar.

"Ini aku Fitri, Cel!" Fitri membelalak tidak percaya, kaget akan respon Ceila.
"Lo jangan sok kenal sok deket gitu ya! Dasar anak yatim piatu!" ucapan Ceila kontan membuat Fitri naik darah. Fitri mencengkeram tangan Ceila erat-erat.

"Cel, kamu asalnya juga dari panti asuhan ini, beruntunglah kamu diadopsi! Jangan sombong karena kamu sudah diadopsi! Aslinya kamu masih yatim piatu, Cel!" kata Fitri marah.
"Paling tidak gue masih lebih cantik dari lo, makanya gue diadopsi! Gak buruk rupa kayak lo! Jelek aja belagu," hina Ceila.

Kata-kata Ceila kontan membuat Fitri menangis. Kemanakah Ceilanya yang dulu? Yang baik hati dan mau berteman dengan siapa saja?
"Keterlaluan kamu Cel!" Fitri berlari ke kamar sambil menangis.
Bunda Syifa yang melihatnya langsung menegur Ceila.

"Kenapa kamu lakukan itu, Cel?" teguran Bunda Syifa hanya disambut dengan dengusan, dan Ceila berjalan keluar panti dengan angkuh, tak memedulikan panggilan dari kedua orangtuanya.

Elang Satria Refandika 
"Ugh! Apa-apaan sih mereka? Bunda dan Ayah juga apaan lagi? Ngapain juga bawa gue kesini?" batin Ceila kesal.
Gadis itu berjalan ke arah taman yang memang disediakan di panti itu untuk tempat bermain anak-anak. Dilihatnya, taman tampak ramai dengan anak-anak kecil yg sedang asyik bermain. Tertawa lepas, bebas. Ceila tersenyum miris. Baru disadarinya, sudah lama ia kehilangan tawa seperti anak-anak itu. Bahkan sudah tak lagi diingatnya, kapan terakhir kali ia merasakan tawa seperti mereka??

"Ah, sudahlah, lo kan udah kaya Ceila, jadi nggak perlu lagi mikirin begituan. Hidup lo tuh udah sempurna, perfect!" batin Ceila, menghibur diri.


Nita Sweet
Ceila berbalik dan tak jadi bermain di tempat yang seharusnya memiliki kenangan yang tak mampu dilupakan. Di tempat itulah dia biasanya bermain, di tempat itulah dia menemukan teman-temannya. Tapi, kekayaannya membuatnya tak ingin menginjakkan kaki di sana. 
Setelah menunggu beberapa jam, keluarga Ceila akhirnya pamit untuk pulang. 

"Bun, bisa gak sih kita gak balik-balik ke sini lagi!" ucap Ceila kasar pada Bundanya.
"Kenapa sayang? ada masalah kalo kita ke sana?" 
"Kalo ke sana jangan mengajak Ceila lagi." ujar Ceila.

Dalam hati Ibu Ceila berpikir, sejak pertama kali mengenal Ceila, Bu Darmawan sangat takjub pada sifatnya, Ceila tipe anak yang sangat penyayang sehingga Bu Darmawan memutuskan untuk mengadopsinya. Tapi sifatnya berubah 180 derajat. Apa yang terjadi padanya? Dalam keluarganya, Ceila selalu diajari untuk tidak bersifat sombong. Tapi kenyatannya lain. Ini tidak sesuai dengan apa yang diharapkan Bu Darmawan.


Kinanti Skorzeny
Sesampainya di rumah, hari sudah malam, Ceila yg sedari tadi tidur di mobil melanjutkan tidurnya kembali. Namun tidak untuk orang tuanya, Bu Darmawan justru mengajak suaminya bicara di ruang makan. Ia menjelaskan perihal perubahan sikap Ceila. Mereka pun berunding dan akhirnya mereka sepakat untuk melakukan sesuatu.

Reni Soengkunie 
Di tempat tidurnya yang empuk, Ceila tak kunjung bisa tidur. Matanya menerawang jauh keluar jendela. Menatap jutaan bintang yang membisu dalam keheningan malam. Tak tahu kenapa, bayang-bayang panti asuhan kumuh itu kembali memenuhi benak Ceila. Nyanyian-nyanyian masa kecil Ceila menari-nari dipikirannya. Gambaran masa lalu yang menyakitkan itu menusuk malamnya. "Ah, tau apa mereka tentang aku!" gumamnya.

"Huhhh.." Ciela menghela nafas panjang.
"Aku tak kan pernah lupakan setiap air mata yg pernah ku jatuhkan di panti asuhan itu!" umpat Ciela.


Yohanna Yang & Yetik Afriana
Kali ini pandangan mata Ceila mulai tertuju pada boneka Teddy Bear yang terpajang manis di sebelah figura foto Ceila bersama teman-teman pantinya. Fikiran Ceila pun mulai berputar bagaikan video drama. Dia teringat, saat itu ia sedang menangis tersedu-sedu karena berebut boneka Teddy Bear dengan Fitri, Bu Hesti yang saat itu memang sangat dekat dengannya, pun, menasehati Fitri agar bersedia meminjamkan boneka baru miliknya tersebut pada Ceila, tetapi Fitri justru memberikannya secara cuma-cuma walaupun saat itu dia juga sangat menginginkan boneka tersebut. 

Ceila yang merasa terharu pada saat itu pun berjanji pada Fitri dan teman-teman yang lainnya bila dia tidak akan pernah melupakan mereka semua. Ceila juga masih ingat bila dirinya pernah berkata pada adik-adik yang lebih kecil darinya untuk tetap semangat dan selalu berjuang untuk mencapai cita-cita mereka semua.

Kini air mata pun mengalir deras di pipi Ceila, ia raih boneka tersebut dan memeluknya dengan erat sambil mengenang sosok Fitri yang sudah baik padanya. Tanpa sadar air mata pun mulai membanjiri pipinya.

"Ih...apaan sih? nggak penting banget nangis cuma buat mereka." buru-buru dia usap air matanya.
"Ngapain juga aku peluk-peluk boneka busuk ini" gumamnya dan melemparkan boneka yang ada dalam pelukannya begitu saja.
Tiba-tiba dia tersentak begitu mendengar suara seseorang mengetuk pintu kamarnya.

Josephine Octavia 
"Ceila, kamu belum tidur?" Bunda Syifa membuka pintu perlahan.
"Belum, lihat sendiri kan?" jawab Ceila judes membuat Bunda Syifa hanya bisa geleng-geleng kepala.

"Ya sudah, kartu kredit kamu bunda ambil dulu, ya? Kamu bilang saja kalau ada perlu," Bunda tersenyum sambil mengambil kartu kredit yang tergeletak di meja.
"Eh! Apa-apaan nih! Kenapa kartu kreditku diambil?" Ceila berteriak sambil mencengkeram tangan Bunda Syifa.

"Bunda dan Ayah sudah berdiskusi. Sepertinya pengaruh gaya hidup kamu yang terlalu mudah membuat sifatmu berubah, Ceila. Jadi kami memutuskan untuk keras. Mbak Erni dan Mbak Siti sudah ditransfer ke teman bunda," jelas Bunda Syifa sabar.
"Nggak bisa gitu dong, Bunda! Kalau Ceila ada perlu gimana?" teriak Ceila marah.

"Bilang sama Bunda, nanti Bunda yang bayar," jawab Bunda Syifa.
Ceila tidak berkata apa-apa lagi, tapi ekspresinya terlihat marah dan... khawatir? Setelah Bunda Syifa keluar dari kamar, Ceila mengambil sebuah plastik berisi pil berwarna-warni dan menelannya.

"Cih, kalau kartu kreditku diambil, bagaimana aku melunasi pembayaran pil ini?" gerutu Ceila. Di sudut plastik tersebut ditempeli label bertuliskan "ECSTASY" besar-besar.

Yetik Afriana
Tanpa membuang waktunya, segera saja Ceila telan sebutir pil tersebut dan membiarkan pil itu menerobos kerongkongannya.

"Sial, gue mesti gimana ney?" gumamnya sambil merebahkan tubuhnya di singgasana empuknya.
"Gue harus cari cara untuk melunasi pembayaran pil ini, atau gue bisa mati kalo si Andrew menyetop stok pilnya buat gue," ujarnya dan bangkit dari ranjangnya.
"Ah...ya sudahlah, mending gue tidur aja." ujarnya dan kembali membaringkan dirinya setelah bermenit-menit mondar-mandir dikamarnya.

***

Sepulang sekolah, dia dikejutkan dengan kedatangan Andrew bersama beberapa pengawalnya.
"Ngapain lo kemari?" tanya Ceila begitu memergoki Andrew di depan pintu gerbang sekolahnya.
"Biasa, udah jatuh tempo ney."
"Apa? gue lagi nggak ada duit, besok aja gimana?"
"Apa? alasan aja lo, ya udah sekarang lo ikut gue!"
"Kemana, Ndrew?"
"Banyak nanya lo!" kecam Andrew sambil menarik tangannya secara paksa.

Elvira Natali
Ceila merintih-rintih kesakitan pada Andrew, pria yang sudah terkenal sebagai salah satu pengedar yang sudah menjadi buronan polisi bertahun-tahun itu menyeretnya ke mobil jip besar dibantu dengan kedua pengawalnya. Sempat ada beberapa pasang mata yang memperhatikan Ceila yang terlihat seperti hendak diculik itu, namun mereka takut untuk menolong karena melihat Andrew dan anak buahnya bertampang amat seram.

"Lo mau bawa gue kemana?" kata Ceila ketika sudah berada di dalam mobil sambil merintih karena kedua tangannya di pegangi oleh kedua pengawal Andrew. Andrew tertawa sinis sambil megemudikan mobil dengan cepat.

"Diam deh lo, anak kecil! lo liat aja nanti." Ceila terlihat marah karena dirinya di panggil "anak kecil", namun itulah kenyatannya, Ceila masih belia, umurnya baru 16 tahun. Ia memilih untuk diam. Sejujurnya ia takut, dan lebih takut lagi jika dirinya berkata macam-macam maka akan membahayakan dirinya sendiri.

to be continued....

Apa yang akan dilakukan Andrew pada Ceila? Penasaran? Simak lanjutan ceritanya di postingan selanjutnya, ya! *senyum*


sumber gambar
Baca Terusannya »»  

Rabu, 07 Maret 2012

Flash Fiction - KUNTI MATRE

Halo para pembaca setia IWU. Hari ini spesial komedi. Ca Ya mau menampilkan Flash Fiction komedi berjudul "Kunti Matre", hasil karya Runy Ginevla. Ini cerita persaingan cinta antara Kunti, Pocong, dan Genderuwo. Emmm...bagaimana kelanjutan kisah cinta absurd mereka?


Langsung baca aja, ya!


Kunti Matre
oleh : Runy Ginevla


Malam pekat. Auman serigala terdengar mengerikan dipuncak bukit. Jam berdentang 12 kali. Sebagai pertanda diijinkannya makhluk-makhluk astral berkeliaran didunia manusia. Pucuk blarak atau daun kelapa miring menantang sinar rembulan. Menciptakan siluet malam yang menyayat adrenalin. Suara lenguhan angin malam bagai cambuk yang membangunkan bulu kuduk.
            Ditempa cahaya bulan tampaklah seonggok makhluk tinggi dengan bungkusan mirip kemasan permen dengan tali melekat ditubuhnya; diatas ubun-ubun, leher, perut, paha dan ujung kakinya. Melompat-lompat membayang diatas tanah. Sementara itu diatas pohon randu bertengerlah sosok wanita dengan rambut panjang yang kerap kali dipanggil KUNTI tetapi dia menamai dirinya ‘KUN’ TIE CEWEK MANIES AND IMUT CELAMANYA.


Terlihat ia sedang mengelus-elus rambut panjangnya dan sesekali kedhik sambil memainkan tombol hapenya untuk mengupdate status terbarunya. Jangan salah lho, kunti yang satu ini gaul abis! sampai-sampai kemarin dia dinobatkan sebagai kunti ter-up-to-date se-dunia persetanan. Ketika diwawancarai oleh miss suster ngesot yang mau tidak mau harus menyediakan microphone sepanjang 3 meter lantaran ia tak bisa menggapai si kunti yang ada di atas pohon.
   ”Kali aja ada PH yang nawarin peran utama difilm layar bolong,”ujar si kunti
   “Sist Kunti, maksudnya layar lebar?”koreksi suster ngesot.
   “Itu mah didunia manusia ciin… kalau didunia persetanan kan namanya layar bolong. Ih… nggak up-to-date deh. Pasti situ nggak tahu kan, wartawan suster ngeost rencananya mau di PHK? saya tuh pencetusnya,”ujarn si kunti sambil tertawa ngikik yang menyebabkan matanya lebam ditimpuk suster ngesot dengan sepatunya.
   “Mending gue. Hari gini masih nyeker? hello… pakai sepatu dong kayak gue! gak kuat beli? kismin lo! kakaka.”


            Oke, kembali kecerita. Si kunti tak tahu bahwa ada yang mengamatinya dari balik nyiur ilalang. Genderuwo yang sedang gencarnya mengejar cinta si kunti.
   “Kalau ada yang ngasih 10 ribu kelopak bunga melati kepadaku, pasti langsung kujadiin pacar!” Seketika kuku si kunti yang panjangnya 1 meter mengklik tombol share.
Genderuwo dan pocong pun melihat status terbaru kunti yang membuat mereka cepat-cepat bertindak untuk mengumpulkan sepuluh ribu kelopak melati demi merenggut cinta kunti. Sekadar info, pocong yang satu ini sudah semedi di puncak Himalaya supaya tangannya bisa terbebas dari jeratan talinya. Dipersimpangan jalan, pocong yang tengah ngos-ngossan memacu kelincahan melompatnya bertemu dengan genderuwo yang kesusahan berjalan lantaran perutnya yang besar.
Tanpa memperdulikan pocong, genderuwo belok ke arah hutan rawa. Di baliknya ada ladang melati. Ia optimis bisa dengan mudah mendapatkan sepuluh ribu melati untuk kunti. Sementara pocong berbelok kepusat belanja yang masih hidup karena program “nightsale”nya yang sedang digandrungi ibu-ibu gila diskon. Ia bermaksud meminta sumbangan manusia di sana demi tercapai cintanya pada kunti. Dengan bermodalkan visi “sepuluh ribu kelopak melati untuk kunti” ia bertekad “apapun akan kulakukan demi kunti!”

Sementara itu kunti masih asyik duduk di atas pohon randu sambil menikmati suara jangkrik. Sesekali ada manusia yang lewat dan melihatnya lalu ngibrit ketakutan. Kunti sangat menyesalinya. Padahal manusia tadi masih berondong. Tapi apa boleh buat? ia harus tetap bertahan dengan pasangan yang sesama dunianya.
Terlihat dari kejauhan genderuwo membawa gerobak penuh berisi bunga melati. Wajah kuntipun sumringah melihatnya. Tak disangkanya bahwa genderuwo akan secepat itu menuruti keinginannya. Tapi tunggu dulu. Ada yang mengikutinya dibelakang. Nyi blorong tampak tergopoh-gopoh mengejar genderuwo. Ketika sudah sampai tepat dibelakang genderuwo yang jalannya kayak siput cacingan, ia pun segera menarik kuping panjang genderuwo.
   “Kurang ajar ya, kamu! nyolong kembang ditoko kembangku! kamu tak tahu apa? besok aku mau buka pameran bunga terindah sedunia persetanan? tak kempesi wetengmu iku nek wani karo aku!”ujarnya berapi-api
   “Iyo, ampun nyi… ampun,”
            Sementara itu, dibelakangnya lagi terlihat pocong yang melompat-lompat girang di ikuti dua tuyul yang mendorong gerobak berisi setumpuk bunga melati. Wajahnya terlihat menang dengan melihat apesnya si genderuwo. Setelah melewati genderuwo, pocong pun memberi salam perpisahan dengan cara menggoyangkan pantatnya ke arah genderuwo yang mengerang kesakitan.
   “Ih, mas pocong! baik bener deh mau bawain aku bunga melati? pasti mau ikut audisi jadi pacarku ya?”
   “Hehe… iya, mbak kunti. Gimana? saya lulus kan?”
   “Wah, sayang sekali. Udah ada mas tuyul ini yang bawain aku mentahannya. Jam sekarang kan nggak jaman ngasih tanda cinta pake bunga. Sekarang tuh pakenya duit mas pocong. Ih… sampeyan kurang up-to-date deh. Cacingaaan… deh lo!”
   “GUBRAAAKKK! KUNTI MATREEE!! Padahal saya pengorbanan nih ngemis di mall!”


………………..

Silakan berikan kesan-kesan kamu di kolom komentar, ya!
Baca Terusannya »»  

Selasa, 28 Februari 2012

Info Workshop dan Pelatihan Menulis Fiksi





Bagi siapa saja, yang Ingin mengundang Sensei Suyatna Pamungkas untuk memberi materi penulisan (bisa di sekolah, di kampus, di instansi pemerintah, di LSM, dst) khususnya materi penulisan fiksi, silakan mengirimkan email ke iwu.berkarya@yahoo.com atau sms center IWU 083878020008. Bisa juga datang ke kantor komunitas "Anak Negeri"
Griya Satria Indah II, Blok L no 22
Purwokerto Utara, 53125
Jawa Tengah
Baca Terusannya »»  

Minggu, 26 Februari 2012

ANTOLOGI IWU - AIDS BERCERITA

TELAH TERBIT!!!

Buku Antologi "AIDS BERCERITA", karya IWU Addict, di bawah bimbingan langsung Sensei Suyatna Pamungkas.


ISBN: 978-602-225-299-3

Terbit: Februari 2012

Tebal: 189 halaman

Harga: Rp. 40.700,00

Deskripsi:


HIV/ AIDS? 

Do We Care? 

We Do Care! 

Inilah kumpulan AIDS Diary dari para ODHA yang harus dibaca setiap manusia, harus kita resapi bersama. Inilah kisah mereka dalam mengarungi hidup, inilah beberapa catatan Sepanjang Jalan Kenangan para ODHA. Mari ikut meneguhkan hati dan semangat mereka, agar mereka menemukan keping mozaik mimpi-mimpi mereka, hingga keping Mozaik Terakhir hidupnya pun berhasil mereka temukan. 

Bagi teman-teman yang ingin memesan buku ini, bisa langsung mengunjungi website LeutikaPrio

InsyaAllah, teman-teman tidak akan menyesal jika membeli buku ini hehehehehe.....
Baca Terusannya »»  

Jumat, 24 Februari 2012

Kalimat Mutiara Pengukir Semangat

‎[Wisdom of The Wise (WoW!)/ Kata Bijak, EDISI 25/02/2012]
"The skill of writing is to create a context in which other people can think."
~ Edwin Schlossberg~
*Terjemahan*
-Keterampilan menulis adalah untuk menciptakan konteks di mana orang lain dapat berpikir-

Ca Ya pernah mendengar satu kalimat dari seseorang. Ketika seseorang membaca sebuah tulisan dan seseorang itu langsung dapat mengerti maksud tulisan tersebut, tandanya tulisan itu sudah berhasil. Benarkah? saya sendiri berpendapat bahwa, sebuah tulisan yang bagus itu adalah tulisan yang membuat para pembaca penasaran dan ingin tahu kelanjutannya (hehehe).

~ ~ ~

‎Enaknya menjadi penulis adalah bisa menjadi bagian dari sejarah, dunia akan senantiasa mengingatnya. Tidak enaknya tidak jadi penulis adalah akan mati tanpa meninggalkan catatan apa-apa, dunia melupakannya 
-Suyatna Pamungkas-


Ca Ya menyimpulkan, bahwasanya seseorang dapat dikenang ketika meninggalkan sebuah karya. Tidak semua orang menjadi penulis, ada yang menjadi pemusik, penari, penyanyi, dan sebagainya. Alangkah lebih bermaknanya apabila karya kita bermanfaat bagi orang lain.

~ ~ ~

Bergembiralah penulis muda yang naskahnya pernah ditolak. Sebab dengan begitu, akan merasakan nikmatnya ketika suatu saat tulisan diterima Sang Dewa Redaksi. Saat itulah berasa sekali kalimat indah ini: Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? -Suyatna Pamungkas-


Ca Ya punya banyak tulisan-tulisan gagal. Baik itu gagal audisi, maupun artikel gagal menang lomba (heu). Sedih? pasti. Namun, tak ada usaha yang sia-sia, kawan. Simpanlah semua tulisanmu, yakinlah suatu saat tulisanmu akan berguna atau perbaiki dan ikuti lagi kontesnya. Semua akan indah pada waktunya. Konsep inilah yang sedang Ca Ya jalankan (hehe).

~ ~ ~

Penulis dapat belajar dari seekor burung. Saat pagi, tak tahu arah tak tanpa peta dia terbang. Pulang senja hari, perutnya sudah kenyang. Penulis bisa memulai ceritanya setiap pagi, meski tanpa ide, dengan bismillah mulailah menulis satu kata pada halaman fiksimu. Asal konsisten, Insyallah senja nanti kita telah punya tabungan karya -Suyatna Pamungkas-


Ide itu mahal harganya. Jadi, jika ada yang "mencuri" ide, wajarlah jika dia marah dan kesal. Banggalah dengan hasil tulisan sendiri. Original gitu lho :D

~ ~ ~

Saya serius. Penulislah ujung tombak peradaban manusia. Tanpa tulisan, manusia hanyalah sekumpulan binatang yang lahir, hidup, kemudian mati, dan semuanya berakhir tanpa meninggalkan apa-apa 
-Suyatna Pamungkas-


Haduh, nggak terbayang sama sekali jika dunia ini berdiri tanpa tulisan :)

Jadi, masih ragukah untuk mencoba menggoreskan sesuatu dalam hidup anda?
Baca Terusannya »»  

Selasa, 21 Februari 2012

KALIMAT MINOR UNTUK MENGHIDUPKAN PARAGRAF

1. Kalimat minor adalah kalimat yang mengandung satu unsur inti (pusat).
Contoh : Pergi!

2. Kalimat mayor adalah kalimat yang sekurang-kurangnya mengandung dua unsur inti (pusat). 
Contoh : Aku menulis.

Nah, mari kita bahas tentang kalimat minor..

Kalimat minor berguna untuk menghidupkan deskripsi yang sedang kita tulis. bisa bersifat menguatkan. pengulangan. mempertegas. dst. yang jelas, kalimat minor ini menjadi penting karena emosi pembaca seolah akan terbawa ketika membaca satuan gramatikal bernama kalimat minor tersebut.


contoh: (perhatikan penggunaan kata-kata berikut yaaa....)
: *menakjubkan* Subhanallah*Merdu. Merdu sekali.*Lengang*


Dari altitude ini, tempat kami tinggal ini, kulihat kerlap-kerlip desa hilir yang baru tersambungkan listrik. Kusaksikan pula dalam gumamku; lampu-lampu mobil itu berjalan seperti barisan jin kemangmang melakukan gerak jalan. Menakjubkan. Suara adzan menggelombang ke telingaku, pijarlah segala bulu romaku, hatiku tergelegar. Kurasakan benar kerinduanku pada sang Khalik. Gemericik sungai di kaki bukit ini, riaknya seperti sedang menuruni kalbu kami. Betapa kami miskin namun betapa kami bersyukur sebab apa-apa sumber kekayaan alam tersaji. Subhanallah. Kupadangi kampung Wogen Legok, mataku diam-diam mencari sumber muadzin yang mengumandangkan adzan seindah Bilal itu. Merdu. Merdu sekali.



Kami sungguh merasa berada di titik tertinggi di seluruh Planet Bumi, puncak Himalaya Tibet. Panorama alam yang luar biasa! Tak henti-hentinya kami berdecak dalam nikmat pengaguman. Seleret sinar terang Iridium Flare –kiraku waktu itu: entah benar entah salah karena tak kuperhitungkan posisi dan orientasi orbit satelit tersebut terhadap titik lintang dan bujur tempatku berdiri –menggaris petala langit kami dengan ajaibnya, wuezzz! Tak lebih dari enam detik. Aku ternganga, Tikno, Trisno, Yono kemudian mendekat. Lengang. Kami saling berpegangan tangan, satu tangan kami yang lain menekan dada yang masih terlunjak-lunjak dalam takzim Illahi.


Ehem, sebuah tulisan, ternyata bisa jadi lebih hidup dengan teknik menghidupkan paragraf seperti contoh di atas. Pembaca pun menjadi tidak bosan dan bisa ikut merasakan apa yang digambarkan oleh penulis hihihi.

Materi oleh: Suyatna Pamungkas



sumber gambar:






Baca Terusannya »»  

Jumat, 03 Februari 2012

FICTION TIPS!!


Pada kesempatan yang sangat langka ini, saya ingin berbagi tips mengenai cara menghilangkan kebiasaan nulis yang moody. Alias nulis tergantung mood. tentu kalian semua, IWU Addict, boleh tidak setuju, juga boleh menambahkan tips dari saya ini.

1. Rajinlah membaca


Yap. Membaca adalah jendela dunia, jendela pengetahuan. Dengan banyak membaca, ibarat kita sedia payung sebelum hujan. jadi, sebelum kita kehabisan ide, kita justu sudah ada pasokan ide sebelumnya. orang yang membaca, ibarat orang yang pernah mengunjungi banyak tempat. Ketika ada orang ngajak ngbrol, orang ini akan lebih "cerewet" karena pengalaman perjalanannya banyak.


2. Pentingnya komitmen menjadi penulis


Beda loh, kalau orang belum komitmen berprofesi sebagai penulis dengan nulis yang sekadar "iseng" pengin nulis, beda lagi sama penulis yang masih bermental kerupuk. dalam bahasanya sensei, ibarat kerupuk nyemplung kuah soto, baru kena halangan dikit aja udah mlempem. beuuuh, kacangan ini mah penulis kayak gini. so, penting sekali memantapkan hati, untuk berkomitmen menekuni dunia penulis. Dengan begini, mindset kita akan terpolakan, bahwa menulis adalah sebuah kebutuhan bukan menjadi beban pekerjaan. So, kita menulis lebih dengan hati, dengan suka cita karena kita sudah menasbihkan hidup kita untuk menulis.


3. Kerjakan banyak project sekaligus



Begini. saat satu tulisan buntu, writerblock, kita bisa beralih ke tulisan lain yang secara tematik sudah berbda. paling tidak, emosi kita akan lain ketika mengerjakan tulisan yang genre atau temanya berbeda. Ini sala satu strategi saya menulis. dan setelah saya jalankan, enak kok :) so, gak ada waktu bengong, malas, atau moody sifatnya dalam menulis.


4. Banyak baca biografi penulis sukses

Dengan membaca karya orang lain memang memicu diri kita untuk terus menulis, namun yang tidak kalah penting juga adalah membaca kisah sukses seorang penulis. wah, banyangin coba, siapa yang nggak ngiler sama JK Rowling setelah tahu kekayaannya dari menulis Hari Potter seperti apa. Bukan hanya kaya, konon, setiap hari JK Rowling menerima surat dari para penggemarnya dari berbagai belahan dunia (surat: semua media termasuk email dan jasa pos)


5. Menulis adalah habbit!


Masih terkait dengan point nomor dua, menulis dan komitmen, di sini saya menekankan agar menjadikan kegiatan menulis sebagai sebuah kebiasaan. banyak membaca, tumpahkan dalam kegiatan menulis. tentu, akan seimbang dan habbit atau kebiasaan ini akan menjadi sebuah pola dalam hidup kita. akhirnyalah (ikutan sensei, pakai akhirnyalah) kita tidak bisa hidup tanpa menulis, sesedih apapun suasana hati kita dan seceria apapun kita.


*diilhami dari ilmu yang diberikan kepada saya dari seorang sensei Suyatna Pamungkas, karena selama ini sebenarnya saya kuliah privat sama beliau, ditulis oleh saya, Flo.


Baca Terusannya »»